Ngabalin: PA 212 Jangan Jadi Alat Politik Amien Rais

Ngabalin
Ali Mochtar Ngabalin

Ngelmu.co – Ali Mochtar Ngabalin, politisi Partai Golkar yang dulu di tahun 2014, merupakan tim sukses Prabowo Subianto dan kini menjadi tenaga ahli utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden, menyentil langkah Persaudaraan Alumni 212 (PA 212). Ngabalin menilai bahwa PA 212 kini sudah menjadi alat kepentingan politik.

Ali Mochtar mengatakan bahwa dirinya sebenarnya ikut terlibat dalam perubahan nama menjadi PA 212 dan mengaku bahwa ia awalnya sangat mendukung. Akan tetapi, menurut Ngabalin, belakangan ini ia mulai tidak mendukung karena PA 212 dianggapnya sudah melenceng menjadi alat kepentingan politik, menjadi alat kepentingan politik Amien Rais.

Baca juga: PDIP: Pak Ngabalin Insyaf

“Tidak boleh organisasi itu dipakai untuk kepentingan politik, kepentingan sesaat, kepentingan birahi, kekuasaan politik siapa pun, termasuk kepada Ketua Dewan Pembina Pak Amien Rais,” kata Ali Mochtar Ngabalin, di Kantor KSP, kompleks Istana, Jakarta, Rabu, 30 Mei 2018.

Ngabalin menyatakan bahwa tidak patut saat ini menjegal Joko Widodo. Hal tersebut dikatannya karena Jokowi masih sebagai Presiden RI. Kecuali, setelah nanti resmi mendaftar sebagai calon presiden periode 2019-2024 di KPU pada Agustus, ia mempersilakannya.

“Saya langsung saja, tidak main-main karena hari ini Yang Mulia Pak Joko Widodo masih Presiden RI, Kepala Negara, dan kita harus berikan kehormatan kecuali setelah 2 Agustus menjadi kandidat, menjadi capres, anda boleh gunakan cara apapun,” jelasnya.

Baca juga: PDIP Berdoa Amien Rais Diberi Pencerahan oleh Allah, Kenapa?

Ngabalin menilai sebagai tokoh dan guru bangsa, seharusnya pihak-pihak tersebut bisa memberi tutur kata yang baik. Memberikan etika dan moral dalam berpolitik, sehingga bisa ditiru oleh generasi-generasi berikutnya. Dia juga menyinggung soal ramai di media sosial terkait hastag atau tanda pagar (tagar) #2019gantipresiden.

Menurutnya, hastag #2019GantiPresiden merupakan cara sesat dan menyesatkan rakyat Indonesia karena hastag tersebut dinilainya merupakan cara adu domba.

“Hashtag ganti dan seterusnya adalah cara-cara sesat dan menyesatkan rakyat Indonesia. Tidak patut bagi orang-orang beriman pakai cara adu domba. Jangan lupa wajah besar Indonesia tergantung dari wajah orang Islam,” katanya.