Berita  

Pengamat Pendidikan Dukung Pencopotan Jabatan Rektor dari Tangan Budi Santosa

Rektor Budi Santosa

Ngelmu.co – Berbagai pihak mendesak pencopotan jabatan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK), dari tangan Budi Santosa Purwokartiko.

Darmaningtyas selaku pengamat pendidikan, menjadi salah satu orang yang mendukung desakan tersebut.

Ia bahkan mengecam pernyataan Budi; yang begitu berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Darmaningtyas meminta agar Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Ristek, memberi sanksi.

Tidak tanggung-tanggung, tetapi sekaligus dengan mencopot yang bersangkutan dari posisi Rektor ITK, ataupun sebagai tim seleksi beasiswa LPDP [Lembaga Pengelola Dana Pendidikan].

Sebab, menurut Darmaningtyas, tulisan Budi adalah bentuk sebuah pandangan yang rasis.

Tidak pantas pola pikir seperti itu muncul dari seorang pejabat publik.

“Saya mendukung pencopotan jabatan Rektor ITK, Budi Santosa, dan harus dicoret dari tim seleksi beasiswa LPDP.”

Demikian tegas Darmaningtyas kepada wartawan di Jakarta, Kamis (5/5/2022) lalu, seperti Ngelmu kutip dari Republika.

Lebih lanjut, ia menekankan, bahwa tim penyeleksi beasiswa LPDP, seharusnya adalah mereka-mereka yang berpikir rasional dan tidak rasis.

Akademisi sudah semestinya memiliki pandangan demikian, agar hasil seleksi merupakan calon penerima beasiswa yang berkualitas.

“Kalau seleksinya sudah didasarkan pada sikap rasis, maka menjadi kurang objektif,” kata Darmaningtyas.

Itu mengapa, Darmaningtyas sepakat jika Budi, mendapat sanksi atas sikap rasis dan diskriminatifnya. Tidak terkecuali akademisi lain yang berulah sama.

Sanksinya juga harus tegas, kata Darmaningtyas, dalam artian pemecatan yang bersangkutan sebagai rektor ataupun tim seleksi calon penerima beasiswa.

Baca Juga:

Sebagai informasi, permasalahan ini muncul akibat status yang Budi, tulis pada akun Facebook pribadinya, Rabu (27/4/2022) lalu.

Pasalnya, ia memilih kalimat yang begitu memicu protes keras dari berbagai pihak; khususnya umat Islam.

Sebab, Budi bilang, “Mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun.”

Baca tulisan lengkap yang bersangkutan di sini:

Tulisan itulah yang membuat banyak kepala geram, sekaligus menyayangkan, lantaran seorang profesor, rektor pula, begitu asyik dengan pilihan kata yang memicu perpecahan.