Berita  

PKS Kritik Kartu Prakerja Pelatihan Mancing yang Dinilai Ngawur

PKS Kritik Program Kartu Prakerja yang Ngawur dan Tak Tepat Sasaran

Ngelmu.co – Kartu Prakerja yang diluncurkan oleh pemerintah, menuai kritik dari Wakil Ketua Fraksi PKS Sukamta.

PKS Kritik Kartu Prakerja Pelatihan Mancing yang Dinilai Ngawur

Menurutnya, program tersebut terbukti tidak tepat sasaran dan asal-asalan. Kritikan tersebut, menanggapi adanya peserta yang lolos, padahal tak sesuai dengan kriteria yang dimaksud.

“Ini program yang semakin tampak dilakukan secara ngawur,” kata Sukamta dalam pesan singkatnya, Jumat (1/5).

Sebab sejak awal, Sukamta menyebut, bahwa program Prakerja seolah dipaksakan di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini.

Semula Kartu Prakerja hanya diperuntukan untuk pengangguran saja. Namun, konsep tersebut diubah oleh pemerintah, yang kini menjadi jaring pengaman sosial untuk buruh atau pekerja yang terdampak pandemi.

“Terbukti ada sekian peserta yang mengaku di media daring, mereka dinyatakan lolos gelombang kedua, padahal tidak sesuai kriteria. Mereka hanya ingin mengetahui keakuratan program ini dalam memilih peserta sesuai kriteria, dan terbukti hanya omong kosong keakuratannya,” ucap politikus DPR RI itu.

Sukamta pun merasa heran, karena sistem pelatihan daring tersebut aneh. Pasalnya, para peserta dapat mempercepat pelatihan daring yang dilakukan dengan menyaksikan video.

Bukan hanya itu, selain mempercepat pelatihan, peserta pun bisa langsung mendapatkan sertifikat sebagai tanda lulus pelatihan.

“Cerita yang sudah mencoba, bisa skip video tutorial kemudian ikut ujian ketika skornya bagus, langsung bisa dapat sertifikat tanda lulus. Ini pelatihan apaan, apakah bisa menjamin peserta sudah terampil?” ungkap Sukamta keheranan.

Baca Juga: DPR Pertanyakan Pelatihan Bikin Pempek di Prakerja Rp600 Ribu: di YouTube Gratis

Selain itu, Sukamta turut menyoroti tidak adanya bantuan permodalan bagi peserta yang lolos pelatihan daring. Tanpa hal itu, pelatihan kerja menjadi sia-sia.

“Sekadar melihat video tutorial, dan juga tidak diberikan modal berupa alat pancing, kan, jelas pembodohan rakyat dengan pelatihan secara online senilai Rp 5,6 triliun,” tutur dia.