Ngelmu.co – Nama lengkapnya adalah Amir bin Abdullah bin al-Jarrah bin Hilal al-Fihri al-Qurasyi. Nama panggilannya, Abu Ubaidah bin al-Jarrah.
Salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang masuk Islam di masa awal.
Masuk Islam setelah Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Lahir tahun 40 sebelum hijrah, 584 M.
Berperawakan kurus, tinggi, dan berjenggot tipis.
Seorang komandan pemberani, bertakwa, zuhud, dan ahli ibadah.
Meriwayatkan 14 hadis dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ia mendapat beberapa pujian dan ‘gelar’ dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, di antaranya:
“Sebaik-baik lelaki adalah Abu Ubaidah.”
Imam Muslim meriwayatkan dari Anas ra: Penduduk Yaman datang menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian berkata:
“Utuslah bersama kami seseorang yang mengajarkan Islam dan sunah kepada kami”, kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memegang tangan Abu Ubaidah seraya bersabda:
“Ia adalah orang kepercayaan umat ini.”
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik ra, disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Setiap umat punya orang kepercayaan, sedangkan orang kepercayaan kita wahai umat adalah Abu Ubaidah.”
Ibnu Saad meriwayatkan dari Malik, bahwa Umar ra mengirim uang 400 dinar seraya berkata kepada kurirnya:
“Perhatikan apa yang diperbuat dengan uang tersebut”, kurir melaporkan, “Abu Ubaidah membagikan semuanya.”
Lalu, Umar mengirim uang dalam jumlah yang sama kepada Mu’adz ra, kemudian Muadz pun membagikan semuanya, kecuali sedikit yang diperlukan oleh istrinya.
Setelah mendengar laporan kurirnya, Umar ra berkata:
“Segala puji milik Allah yang telah menjadikan orang yang melakukan hal ini di dalam Islam.”
Abu Ubaidah ra termasuk 10 orang sahabat yang dijamin masuk surga.
Baca juga:
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Abu Bakar di surga, Umar di surga, Ali di surga, Utsman di surga, Thalhah di surga, az-Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Saad bin Abi Waqqash di surga, Said bi Zaid bin Amru bin Nufail di surga, dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah di surga.”
Umar ra sangat mengagumi kepahlawanan Abu Ubaidah bin al-Jarrah, karena ialah sang pembebas al-Quds dan berbagai wilayah Syam lainnya di masa pemerintahannya.
Dalam suatu kesempatan, Umar ra berkata kepada orang-orang yang duduk bersamanya, “Beranganlah.”
Salah seorang dari mereka berkata, “Saya berangan punya dirham sepenuh rumah ini, kemudian saya infakkan di jalan Allah.”
Umar ra berkata lagi, “Beranganlah”, orang lain berkata, “Saya berangan punya emas sepenuh rumah ini, kemudian saya infakkan di jalan Allah.”
Lalu, Umar ra berkata, “Tetapi saya berangan rumah ini dipenuhi oleh orang-orang seperti Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Muadz bin Jabal, dan Hudzaifah bin al-Yaman, kemudian saya menugaskan mereka dalam ketaatan kepada Allah.”
Baca juga:
Kekaguman Umar ra yang lain kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah juga diwujudkan dalam bentuk pencalonannya sebagai salah seorang di antara enam kandidat penggantinya setelah wafat.
Saat mengetahui keputusan Amirul Mukminin Umar ra tentang penggantian Khalid bin Walid sebagai panglima perang, Abu Ubaidah bin al-Jarrah berkata tentang Khalid bin Walid:
“Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Khalid adalah salah satu pedang Allah, ia sebaik-baik pemuda’.”
Abu Ubaidah bin al-Jarrah sangat menguasai ilmu dan seni perang, karena tidak pernah absen dalam semua peperangan yang pernah dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Bahkan, pernah melakukan hijrah dua kali; ke Habasyah dan Madinah.
Maka itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sering menunjuknya sebagai komandan sariyah (ekspedisi militer) yang diberangkatkan untuk suatu tugas militer.
Setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat, sebagian sahabat mendatangi Abu Ubaidah bin al-Jarrah.
Ingin membaiatnya sebagai pemimpin, tetapi Abu Ubaidah berkata:
“Apakah kalian akan membaiatku, sedangkan di tengah kalian ada Abu Bakar ra?”
Baca juga:
Di perang Badar, Abu Ubaidah ra melihat bapaknya di barisan musuh, kemudian ia pun menghindari bertemu bapaknya.
Namun, bapaknya bersikeras untuk membunuhnya, sehingga tidak ada pilihan lain bagi Abu Ubaidah ra, kecuali harus menghadapinya.
Sampai terjadi duel pedang antara bapak dan anak, dan akhirnya Abu Ubaidah ra, berhasil membunuh bapaknya di pertempuran Badar.
Terkait peristiwa ini, Allah menurunkan ayat-Nya:
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya, dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung,” (QS. Al-Mujaadila: 22).
Abu Ubaidah bin al-Jarrah ra, wafat di usia 58 tahun.
Pada 18 Hijriah, Umar ra mengirim pasukan ke Yodania, dan menunjuk Abu Ubaidah bin al-Jarrah sebagai panglimanya.
Saat pasukan tiba di Amwas, Yordania, tersebar wabah penyakit tha’un, kemudian Abu Ubaidah ra membawa pasukannya keluar dari Amwas menuju wilayah al-Jabiyah.
Sesuai perintah Amirul Mukminin Umar ra.
Namun, Abu Ubaidah ra terkena serangan tha’un Amwas hingga syahid.
Baca juga:
Sebelum wafat, Abu Ubaidah ra berpesan agar Muadz bin Jabal ra menggantikan dirinya.
Sejumlah sahabat senior memberikan kesaksiannya tentang Abu Ubaidah bin al-Jarrah:
Abu Bakar ash-Shiddiq ra:
“Kalian harus meneladani orang yang tawadhu’ dan lemah lembut; apabila dizalimi tidak berbuat zalim, apabila diperlakukan tidak baik tetap memaafkan, apabila diputus tetap menyambung, menyayangi orang-orang beriman dan tegas kepada orang-orang kafir: Sosok itu adalah Amir bin Al-Jarrah.”
Umar bin al-Khatab ra:
“Dunia telah mengubah kita semua, kecuali kamu wahai Abu Ubaidah.”
“Jika ajalku masih ada sedangkan Abu Ubaidah masih hidup, pasti aku mengangkatnya menjadi penggantiku.”
Muadz bin Jabal ra:
“Demi Allah, dia (Abu Ubaidah) sungguh sebaik-baik orang di muka bumi.”
Aisyah ra pernah ditanya, “Siapakah orang yang akan ditunjuk menggantikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, seandainya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menunjuk pengganti?”
Aisyah ra menjawab, “Abu Bakar.”
Ditanyakan lagi, “Kemudian siapa setelah Abu Bakar?”
Aisyah ra menjawab, “Umar ra.”
Ditanyakan lagi, “Kemudian siapa setelah Umar?”
Aisyah ra menjawab, “Abu Ubaidah bin al-Jarrah,” (Shahih Muslim).
Catatan: Ditulis ulang oleh Ustaz Ainur Rofiq Saleh