Oleh Ustadz Aunur Rafiq
Ngelmu.co –Â Seorang yang suka mengkritik dan mencela berjalan di salah satu pantai sambil meratapi nasib dan mengutuk situasi. Di tengah asyik berjalan tiba-tiba ia melihat seekor burung kecil dan kurus dalam kondisi aneh di sebongkah batu. Burung ini tidur telentang sambil mengangkat kedua kakinya yang kurus ke arah langit.
Kondisi ini membuat orang tersebut heran lalu bertanya kepada burung tersebut kenapa gerakan itu dilakukan!
Burung itu menjawab dengan penuh semangat: Saya mendengar bahwa langit akan runtuh hari ini. Karena itu saya mengangkat kedua kakiku untuk ikut menahan agar langit tidak runtuh, sebagai wujud kontribusi yang bisa saya perbuat.
Orang itu tersadar dan telah mendapatkan pelajaran penting di dalam hidupnya dari seekor burung; yaitu harus berbuat sesuai kemampuan dan melakukan apa yang bisa diperbuat.
Pesan: Umat Islam sedang menghadapi berbagai persoalan, diantaranya ketertinggalan di bidang ekonomi, politik, teknologi, pendidikan dan lainnya. Bahkan pemahaman mereka tentang Islam yang sangat dicintainya pun sangat lemah. Hal yang paling memprihatinkan, meteka tidak bersatu sehingga mudah diadu domba dan diprovokasi untuk saling bermusuhan, sehingga ridak memiliki kekuatan dan wibawa sekalipun berjumlah besar.
Karena itu, setiap muslim berkewajiban berbuat sesuatu untuk ikut membangkitkan umat dari ketertinggalannya, membantu perjuangan kaum muslimin di berbagai bidang, dan menolong Islam (Muhammad: 7). Masing-masing sesuai kemampuan, kedudukan dan kapasitasnya. Firman Allah:
“Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. (al-Isra’: 84)
Kemudian Allah memberi contoh bagaiman seorang mukmin diantara pengikut Fir’aun yang menyembunyikan imannya (Ghafir: 28) berbuat sesuatu untuk membela perjuangan Nabi Musa as ketika menghadapi ancaman pembunuhan (Ghafir: 30 dan al-Qashash: 20). Kemudian orang yang beriman ini juga menasehati kaumnya (Ghafir: 31-33).
Demikianlah seharusnya setiap muslim berbuat sesuatu untuk Islam dan kaum muslimin, apalagi ulama, dai, intelektual, dosen, guru, pengusaha, birokrat, politisi, polisi, tentara dan lainnya yang bukan awam. Bukan malah menjadi troublemaker, memperkeruh suasana, menebar fitnah, menebar pemikiran-pemikiran destruktif, membenci sesama muslim hanya karena beda pendapat fikih, menggembosi perjuangan, mengkriminalisasi ulama, memecah belah barisan muslim, memberi cap-cap yang tidak baik kepada sesama muslim, dan melakukan hal-hal yang justru melemahkan umat Islam. Kalau tidak bisa berbuat kebaikan, minimal menahan diri tidak menyakiti dan grecoki umat Islam.
Sesungguhnya perjuangan Islam sangat luas dan luwes, bisa menampung semua potensi dan kontribusi apa saja kebaikan dan sekecil apa pun yang bisa dilakukan oleh setiap muslim, sehingga semua orang bisa mengambil peran di dalamnya. Syaratnya minimal hanya dua: Beriman dan punya kemauan untuk berbuat (bahkan di zaman Nabi saw ada orang masuk Islam di saat Nabi saw dalam perjalanan perang lalu orang ini langsung bergabung ikut dalam peperangan tersebut, Musnad Ahmad 24386).
Karena itu, Allah menyebut orang yang berbuat sesuatu untuk membela perjuangan Nabi Musa as itu dengan “rajulun mu’minun” dan “yas’a” (bergegas-gegas). Menunjukkan dua syarat minimal: Beriman dan adanya kemauan serta kepedulian untuk berbuat sesuatu membela perjuangan Islam.