Gelombang Mualaf saat Isu Terorisme dan Radikalisme Mengepung

Gelombang Mualaf

Ngelmu.co – Gelombang mualaf di tengah isu terorisme dan radikalisme? Begini, sekitar tiga hari sebelum Freddy Siauw mengucap dua kalimat syahadat, Sang Adik, Ustadz Felix Siauw tengah menghadapi ujian.

Kehadirannya di Indonesia International Book Fair (IIBF) 2019, sebagai narasumber, ditolak oleh Goenawan Mohamad. Asbabnya, karena dia dianggap radikal.

Tapi siapa bisa menduga, ketika stigma radikal begitu deras menerpa Ustadz Felix Siauw, kakaknya yang teramat dibencinya itu, justru dengan ikhlas mengikrarkan diri, memeluk Islam?

Sebuah pelukan hangat yang tak pernah dilakukan kakak adik itu selama 35 tahun pun, jadi pemandangan mengharukan.

Tak lama berselang, ada Marcella Simon yang juga meyakinkan diri, untuk menjadi mualaf.

Gelombang Mualaf di Tengah Isu Terorisme dan Radikalisme

Sebelumnya, banyak deretan artis dan orang-orang terkenal yang memutuskan untuk menganut Islam, antara lain Roger Danuarta, Deddy Corbuzier, presenter Tio Nugroho, hingga artis internasional, Sinead O’Connor.

Fenomena ini terasa sangat mengejutkan.

Sebab, keputusan mereka menganut agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW, ini terjadi ketika berbagai isu negatif melekat pada tubuh umat dan Islam.

Mulai dari dianggap intoleran, pro kekerasan, radikal, hingga teroris.

Di belahan dunia lain, gelombang mualaf juga terus membesar.

Pada 2030 mendatang, diprediksi akan ada 10 negara Eropa yang memiliki populasi Muslim di atas 10 persen.

Sementara Rusia, diyakini akan menjadi negara berpenduduk Muslim terbesar di Eropa.

Di tahun 2010, populasi Muslim di Rusia mencapai 16,4 juta, maka pada 2030 mendatang, disebut bisa meroket, menjadi 18,6 juta.

Bagaimana kita membaca fakta ini?

Banyak peneliti mengungkapkan, bahwa angka perpindahan agama (mualaf) terus meningkat, terutama pasca peristiwa 11 September 2001.

Seperti diketahui, paska serangan teror yang meruntuhkan dua menara kembar di AS, tudingan Islam sebagai agama teroris sangat kencang menyerang, hingga kini.

Namun, bukan membuat orang menjauh dari Islam, mereka justru semakin penasaran. Betulkah Islam agama teror? Benarkah radikal?

Jawaban yang mereka dapatkan? Sebaliknya! Sehingga akhirnya banyak yang menjadi mualaf.

Melihat hal ini, tak berlebihan jika para peneliti memprediksi, bahwa pada 2050 mendatang, Eropa akan menjadi salah satu pusat perkembangan Islam.

Melalui firman-Nya, Allah SWT telah menjelaskan fenomena ini:

“Sungguh Kami telah menurunkan Adz-Dzikr (Al Qur’an), dan Kami pula yang benar-benar akan menjaganya,” (QS. Al-Hijr: 9).

 

Erwyn Kurniawan
Penulis dan Jurnalis