Pernah dengar tentang Perang Hamra ul Asad?
Saat itu kekalahan di Perang Uhud menyisakan sesak. Sehari setelah Perang Uhud. Masih basah kuburan para syuhada. Belum kering luka tebasan pedang.
Di hari kedua, bakda Subuh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan kembali para mujahid Perang Uhud yang masih hidup untuk mengejar kembali kaum musyrikin Makkah.
Usaid bin Khudhair yang terluka dengan 70 titik di tubuhnya langsung menyambut seruan Rasulullah dengan semangat membara.
Bani Salimah, banyak yang terluka parah dari Perang Uhud, tapi saat mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung menyambut seruan. Ketika dikumpulkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tak kuasa menahan haru menyaksikan 40 mujahid Bani Salimah dengan luka yang masih basah.
Dalam isak.. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa
اللهم ارحم بني سلمة
Ya Allah.. Sayangilah Bani Salimah.
Tak hanya para sahabat yang terluka berat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri dengan geraham yang masih berdarah dan mengangga.
Di Hamra ul Asad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat base camp sisa sisa pasukan yang terluka parah.
Bagaimana bisa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tega mengumpulkan para sahabatnya yang terluka dan babak belur untuk mengejar para pasukan?
Inilah strategi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menggetarkan musuh.
Rasulullah mempertimbangkan serangan susulan kaum musyrikin yang sudah merasa di atas angin.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan membiarkan kaum muslimin dihantam kembali.
Karena kaum musyrikin sudah berniat untuk menghantam kembali dan menghabisi Madinah sekaligus.
Di Hamra ul Asad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat untuk membuat api unggun hingga 500 titik banyaknya. Asap yang mengepul dilihat oleh kaum musyrikin yang saat itu sedang istirahat di Rauha.
Secara mental, kaum musyrikin belum siap untuk berperang sebegitu cepat sementara mereka melihat bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabat seperti para singa lapar yang terluka akibat kehilangan para kerabat.
Maka, mereka memilih untuk mundur dan lari kembali ke Makkah.
Hamra ul Asad adalah bagian dari strategi perang opini. Dari sini awal dari kemenangan sesungguhnya.
Maka jangan pernah sepelekan perang opini dalam kondisi apapun.
Saat ini media sosial adalah arena pertarungan opini. Hoax bertebaran. Rekayasa berita merajalela. Blokade berita menghimpit semua sisi. Maka, jangan pernah lelah memerangi para pembuat dan penebar kebohongan, para penjungkirbalik fakta.
Lewat semangat Hamra ul Asad, siapkah kita menegakkan opini yang haq? Opini yang berpihak pada tata nilai kebenaran dan kejujuran.
Asah pena kita. Siapkan ‘amunisi’ berupa fakta dan data. Teliti berita dan menangkan pertarungan.