Kabar Sendu Berkepanjangan itu Kini Melanda Ghouta, Suriah

ATTENTION EDITORS - VISUAL COVERAGE OF SCENES OF INJURY OR DEATH A man carries an injured boy as he walks on rubble of damaged buildings in the rebel held besieged town of Hamouriyeh, eastern Ghouta, near Damascus, Syria February 21, 2018. REUTERS/Bassam Khabieh TEMPLATE OUT TPX IMAGES OF THE DAY

 

Malam ini begitu sendu. Tak lain tak bukan, disebabkan oleh kabar terbaru saudara muslim kita di Ghouta, Suriah. Tersayat hati ini, mendapati mimpi buruk yang dulu menimpa Allepo kini terjadi pada Ghouta.

Tak habis pikir, mengapa bisa ada pribadi sejahat Bashar Al Assad. Pemimpin yang lebih mementingkan kekuasaannya di banding keselamatan rakyatnya. Padahal warga sipil yang terluka dan terbunuh akibat penyerangan brutal ini, adalah rakyat yang akan meminta pertanggungjawabannya sebagai pemimpin di akhirat kelak.

Belum menyadari betapa mengerikannya rezim suriah ini? Bukalah mata dan hati nurani kalian. Penyerangan militer Suriah, yang telah banyak menewaskan masyarakat sipil ini, telah terjadi sejak tahun 2011. Tanpa kita sadari, kejahatan kemanusiaan ini sudah berlangsung selama kurang lebih 7 tahun, yang lamanya menyamai lebih dari satu periode kepresidenan di Indonesia.

Awal mula penyerangan oleh rezim Assad,

Semua penyerangan ini diklaim sebagai usaha rezim Assad untuk melumpuhkan kelompok oposisi yang masih menguasai beberapa kota di Suriah. Ghouta Timur merupakan enklave terakhir dekat ibu kota yang masih dikuasai pejuang oposisi. Maka dari itu penyerangan ke Ghouta dianggap rencana penting untuk menghentikan penembakan ke ibu kota Damaskus oleh kelompok pejuang oposisi.

Warga sipil tak bisa keluar dari wilayah konflik,

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mencatat 272.500 orang di Ghouta membutuhkan bantuan kemanusiaan, meski diperkirakan masih ada 400 ribu orang masih terperangkap di wilayah tersebut.

Mereka yang masih berada di Ghouta bukannya tak mau pergi dari wilayah konflik ini. Masyarakat sipil di sana sangat ingin pergi, namun hampir mustahil untuk melakukannya. Pemerintah Suriah belakangan telah menyebarkan selebaran yang menyerukan agar warga sipil segera meninggalkan Ghouta Timur. Tapi pada kenyataannya, rezim Assad melarang mereka untuk meninggalkan wilayah itu, walaupun untuk alasan evakuasi korban luka berat.

Gencarnya penyerangan ke Ghouta,

Sepekan terakhir ini,merupakan yang paling intens yang dilancarkan militer Suriah ke wilayah Ghouta. Tercatat 600 orang terbunuh selama satu pekan terakhir dalam penyerangan tersebut. Akibat suasana yang makin mencekam ini, ratusan orang dikabarkan melarikan diri dari pengeboman di Beit Sawa, di selatan Douma dan ujung timur Ghouta Timur.

PBB tak mampu berbuat banyak,
Lucunya, selama ini pihak berwenang yakni PBB tak bisa berkutik menghadapi kekejian rezim Assad. Perijinan menjadi hal yang dipersulit oleh Militer Suriah bahkan termasuk ijin untuk memasok bantuan kemanusiaan. Meskipun bantuan berjumlah 40 truk sudah di siapkan untuk Ghouta Timur, intensnya penyerangan oleh Militer Suriah tidak memungkinkan bantuan dari PBB memasuki wilayah tersebut.

Sampai kapankah keegoisan Assad ini akan berlangsung? Haruskah menunggu habisnya warga sipil di Ghouta?

Ya Allah kami hanya bisa berdoa sekuat tenaga dan menyiapkan infaq terbaik untuk mereka di sana.

Ya Aziz, Ya Malik, Ya ‘Adzhim.. Perkenankanlah keselamatan untuk saudara kami di Ghouta. Sesungguhnya tiada daya upaya kecuali dari Engkau Ya Rabbana.

Fatimah