Mengenal Sosok H Umar Mita, Seorang Mualaf dan Penerjemah Al-Qur’an Asal Jepang

Mengenal Sosok H Umar Mita, Seorang Mualaf dan Penerjemah Al-Qur’an Asal Jepang

Ngelmu.co – H. Umar Mita, namanya begitu tersohor di kalangan Muslimin Jepang. Bagaimana tidak, ia merupakan generasi Muslim pertama di Negeri Sakura. Beliau juga merupakan senior senior dalam menyebarkan agama Islam.

Jasanya pun begitu besar bagi masyarakat Matahari Terbit, yakni dalam menerjemahkan Al-Qur’an. Sebab, Umar Mita merupakan penerjemah pertama Al-Qur’an dalam bahasa Jepang.

Abu Tariq Hijazi, dalam artikelnya menuliskan mengenai biografinya yang berjudul, ” Umar Mita: Japanese translator of Quran”, menggabarkan sebagai sosok Muslim Jepang yang menjadi kebanggaan.

Menjadi Seorang Mualaf

Umar Mita lahir pada 19 Desember 1892 silam, di Kota Chofu, Yamahguchi, Jepang. Sebelum memeluk Islam, ia memiliki nama lahir Ryozhi Mita.

Keluarga Umar Mita berasal dari kalangan Samurai. Seperti kebanyakan warga Jepang, keluarga Mita pun merupakan penganut Buddha.

Sejak kecil hingga dewasa, Umar Mita tidak sama sekali mengenal apa itu Islam. Bahkan, sebelumnya ia tidak pernah bertemu dengan Muslimin.

Baru Mengenal Islam Ketika Belajar di China

Masuknya dakwah Islam di Negeri Sakura itu, memang sedikit terlambat. Tak heran jika ia baru mengenal Islam ketika belajar ke Negeri China, setelah lulus dari Yamaguchi Commercial College.

Di negeri Panda itu, ia banyak bersosialisasi dengan Muslim di sana, hingga kemudian ia merasa begitu tertarik dengan Islam.

Ia sempat menulis tentang Islam di Cina di sebuah majalah Jepang, Toa Keizai Kenkyu (Far -East Economic Research Journal) pada 1920. Ia tampak menyukai cara hidup Muslimin.

Kemudian, ia mempelajari Islam dari Haji Omer Yamaoka, Muslim Jepang pertama yang pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.

Setelah memperlajari banyak tentang Islam, ia pun memutuskan untuk bersyahadat padda 1941 ketika usianya 49 tahun.

Setelah menjadi mualaf, ia memantapkan diri menjadi Muslim kaffah. Ia menjadi lebih giat mempelajari ilmu Islam dan bahasa Arab.

Demi menuntut ilmu tersebut, ia pergi hingga Pakistan. Di Usia 60 tahun, Mita pun kemudian mulai mengabdikan diri pada dakwah Islam.

Ia pun banyak melakukan perjalanan dakwah. Hingga pada tahun 1958, ia menunaikan ibadah haji untuk yang pertama kalinya.

Dua tahun setelah melaksanakan haji, tepatnya pada tahun 1960, Mita terpilih sebagai presiden kedua Asosiasi Muslim Jepang.

Ia menggantikan Sadiq Imaizumi yang meninggal tak lama setelah mendirikan asosiasi yang tegak pada 1953 tersebut.

Selama menjabat, Mita banyak menulis buku tentang Islam, di antaranya Understanding Islam dan An Introduction to Islam.

Menerjemahkan Al-Qur’an

Mita juga menerjemahkan kitab Hayat-e-Sahaba (Kehidupan Para Shahabat) karya Maulana Muhammad Zakaria ke dalam bahasa Jepang.

Penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Jepang karya Mita baru terbit pada 1972. Sebelumnya telah ada terjemahan Kitabullah yang terbit pada 1920, 1937, dan 1950.

Akan tetapi, semua penerjemahan dilakukan oleh non-Muslim. Mitalah Muslim pertama yang menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Jepang.

“Meskipun, setidaknya ada tiga terjemahan Quran dalam bahasa Jepang sebelum ia mulai menulis terjemahan, tetapi ketiganya dilakukan oleh Jepang non-Muslim yang tampaknya tidak memiliki perspektif ‘benar’ agama kami,” tulis laman web Japanesse Muslim.

Penerjemaan Al-Qur’an ia selesaikan pada tahun 1968. Kemudian pada 1970, ia mengajukan revisi terjemahannya kepada Liga Muslim Dunia yang bermarkas di Makkah.

Enam bulan setelah revisi, Al-Qur’an terjemahan tersebut dicetak di Hiroshima. Lalu pada 10 Juni 1972, pencetakan selesai dan terjemahan mulai diterbitkan.

Hingga penerbitannya, waktu yang dihabiskan tidaklah singkat, yakni 12 tahun. Saat itu, usia Mita pun tak lagi muda, yakni menuju 80 tahun.

Baca Juga: Ini Dia Orang Pertama yang Terjemahkan Al-Qur’an ke Bahasa Korea

Setelah banyak menorehkan kiprah dalam perkembangan Islam di negerinya dan meninggalkan banyak warisan bagi Muslimin Jepang, Mita mengembuskan napas terakhir.

Ia meninggal pada 1976 dalam usia 82 tahun. Hingga kini, karya terjemahan Mita masih digunakan Muslimin Jepang.