Nafsu birahi, hasrat seks atau libido sering dimaknai sama, yaitu perasaan seksual yang menghebat pada diri seseorang, normalnya, terhadap pasangan lawan jenisnya. Oleh karena ia merupakan salah satu sifat alamiah manusia, maka setiap orang normal memilikinya. Dengan kata lain, nafsu birahi melekat pada setiap orang sejak ia terlahir ke dunia fana ini.
Hasrat seks atau nafsu birahi yang berkobar sering dimaknai sebagai pertanda tumbuhnya kedewasan seseorang. Pada umumnya pertumbuhan nafsu birahi sejalan dengan pertumbuhan kedewasaan. Sedangkan kedewasaan adalah salah satu tanda kematangan untuk melakukan pernikahan.
Problemnya, di zaman yang serba terbuka sekarang ini serta didukung oleh teknologi komunikasi dan informasi yang digunakan secara bebas, terkadang membuat pertumbuhan kebirahian lebih maju ketimbang kedewasaan. Lebih rumit, jika nafsu birahi itu kemudian diintervensi oleh ideologi kaum pedagang yang menjadikannya sebagai komoditas, bukan dalam kerangka penunaian amanah yang telah dibebankan kepada manusia, yaitu membangun peradaban. Apatah lagi sebagai manifestasi penghambaan kepada Allah swt atau media untuk menempuh puncak spiritualitas.
Akhirnya, yang tersisa hanyalah fantasi dan imajinasi manusia terhadap nafsu birahi yang berlebihan dan bahkan tidak terkendali sehingga menjadi seperti api yang siap membakar moralitasnya. Sekali lagi jika nafsu birahi bisa diibaratkan api, maka jangan dibiarkan sampai berkobar karena akan melalap semua bangunan moralitas. Rasulullah Saw mengingatkan:
إِنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ شَهَوَاتِ الْغَيِّ فِي بُطُونِكُمْ وَفُرُوجِكُمْ وَمُضِلَّاتِ الْهَوَى.(احمد)
“Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan menimpa kalian adalah syahwat yang menyesatkan pada perut dan kemaluan serta hawa nafsu yang menyimpangkan dari jalan yang lurus.” (HR. Ahmad).
Oleh karena itu Rasulullah Saw melukiskan pengendalian atau melawan dorongan hawa nafsu yang dapat berakibat menyimpang sebagai jihad. Bahkan jihad yang utama. Jihad di sini bermakna perjuangan untuk membersihkan jiwa dari hawa nafsu yang menyesatkan dan sifat-sifat yang keji. Seterusnya kita mesti berusaha supaya jiwa kita ini dapat diisi dengan unsur-unsur kebaikan yang dibawa oleh agama Islam. Rasulullah Saw bersabda:
أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ (الديلمى)
“Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad (berjuang) melawan dirinya dan hawa nafsunya.” (HR. Al-Dailami).
Abdi Sumaithi