Overdosis

Overdosis

Ngelmu.co – Bersuci adalah setengah dari iman. Itu ajaran Islam nan mulia. Hadits. Shahih, insya Allah. Riwayat Imam Muslim, at-Tirmidzi, Ad Darimi dan Ahmad. Imam Nawawi juga memasukkannya dalam Hadits Arbain, nomor 23.

Namun, ajaran agama ini dapat ditolak oleh orang yang tidak mengenal Islam, bila kita menggunakannya secara overdosis. Berlebihan. Melampaui batasnya, juga serampangan dalam memaknainya.

Bersuci, thaharah, termasuk di antaranya mengambil air wudhu. Segenap kalangan beriman melakukannya setiap hari.

Islam tidak memisahkan antara lahir (zhahir) dan batin, artinya, ada saling dukung antara kebersihan fisik dan jiwa. Salah satunya dengan berwudhu.

Tetapi ajaran mulia ini akan berubah menjadi olok-olok, hanya karena kita keliru dalam menempatkannya.

Contoh: “Virus corona? Dia akan hilang dengan mencuci tangan, dan Islam sudah mengajarkan umatnya untuk berwudhu, setiap hari sekian kali. Inilah bukti Islam sebagai agama yang benar.”

Sekilas tampak benar, tapi sejatinya fatal. Mungkin bukan untuk Anda, tapi bagi saya, iya.

Dan juga bagi orang-orang yang dalam kesehariannya berurusan dengan logika. Mengapa? Karena ditempatkan tidak pada tempatnya.

Maksudnya?

Sekarang, adakah di antara kita yang pernah melihat atau membaca satu saja dari tulisan ilmiah yang menyatakan bahwa air dapat menyingkirkan virus, terutama Corona?

Tidak ada. Karena memang cuci tangannya harus pakai sabun. Gak bisa cuma air doang.

Atau barangkali, adakah di antara kita yang pernah berwudhu dengan air sabun? Jadi wudhunya pakai sabun, bukan setelah sabunan terus wudhu. Ada?

Kalau ada, kayaknya perlu mengulang wudhunya.

Jadi intinya, kadang kita (termasuk juga saya) terlalu bersemangat ‘membenar-benarkan’ Islam, sampai offside sendiri.

Gara-gara semangat kita, orang jadi makin jauh dari agama ini, na’udzubillah.

“Haha. Dia bilang agamanya benar, karena ngajarin kalau virus bisa hilang pakai air. Agama kok ngawur gitu.”

Na’udzubillah.

Semoga kemarin, kini, dan selamanya, kita bisa makin hati-hati menjaga semangat. Berpikir sebelum bersikap. Bertanya sebelum berkata.

Tidak mencampuradukkan wilayah agama dan sains, karena keduanya punya porsi yang berbeda dalam perannya, sebagai bekal dalam kehidupan. Ayo, terus belajar!

Baca Juga: Hidup Setelah Corona