Opini  

Tanpa ‘Sujud’ COVID Cabut

Wali Kota Sukabumi Zona Hijau

Ngelmu.co – Namanya Achmad Fahmi. Ia pejabat di Sukabumi, tepatnya Wali Kota. Hari Senin (29/6) lalu, Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil, menyampaikan ucapan selamat kepada Pak Wali Kota ini, atas pencapaian, menjadikan Kota Sukabumi, sebagai satu-satunya wilayah di Jabar, yang masuk dalam zona hijau COVID-19.

Itu artinya, Sukabumi, berhasil menerapkan sembilan indeks pencegahan penularan Corona.

Kita senang mendengar berita ini. Saudara kita di Sukabumi, setidaknya sudah lebih aman hidupnya.

Pandemi telah membuat kita porak-poranda di semua segi kehidupan. Ekonomi, sosial, dan semua kegiatan masyarakat lumpuh. Negara diambang krisis.

Maka jika ada pemimpin yang berhasil menghijaukan daerahnya, seperti Pak Achmad Fahmi, sungguh prestasi yang tak dapat dipandang sebelah mata.

Ini baru namanya kerja, kerja, dan kerja, bukan marah, marah, marah.

Kita ucapkan selamat buat Pak Wali Kota.

Tapi tunggu dulu, siapa sih Pak Wali ini? Kenapa wilayahnya bisa menjadi satu-satunya di Jabar, yang berhasil menghijaukan zona, sehingga anak-anak sudah diberi izin untuk kembali bersiap sekolah?

Ah… tapi sudahlah, tak perlu dijabarkan terlalu detail. Kita cukup memberi apresiasi saja atas kinerjanya mengatasi COVID-19, di kota Sukabumi.

Sebab, toh seperti biasanya, kalau dijelaskan detail beliau dari mana, pasti banyak yang mencibir.

Padahal, kinerja itu sebagai ukuran dari sikap, cara pengambilan keputusan, kepatuhan masyarakat pada pemimpinnya, dan keteladanan sang pemimpin itu sendiri.

Kalau kita bandingkan, ini berbeda jauh dengan Wali Kota Surabaya, yang kemarin heboh betul beritanya.

Agak aneh rasanya, kenapa yang berprestasi menghijaukan zona COVID-19, di wilayahnya, seperti Pak Achmad Fahmi, beritanya tidak se-booming sang ibu yang bersujud di kaki manusia, ya?

Ia bersujud seperti menyembah dan menyatakan dirinya gob… (ah tak tega meneruskannya), karena tak becus mengurus daerahnya.

Kita seakan disodorkan drama yang lebih mengharukan, dibanding sinetron tipi ikan terbang.

“Kumenangiiiis… membayangkan, betapa kejamnya dirimu…..”

Ups! sudah sudah, jangan dilanjut. Nanti emak-emak cemberut sinetron mereka diledekin.

Baca Juga: Survei LKSP: Muhammadiyah dan PKS Dipersepsi Lebih Peduli saat Pandemi

Kembali ke Pak Achmad Fahmi. Pria kelahiran Jakarta, 04 Mei 1975 itu, sebelumnya meniti karier sebagai anggota DPRD Kota Sukabumi, periode 2004-2009.

Lalu naik menjadi Ketua DPRD Kota Sukabumi, tahun 2000-2013. Melejit terus, hingga menduduki jabatan sebagai Wakil Wali Kota Sukabumi, periode 2013-2018.

Terakhir, dinobatkan sebagai Wali Kota Sukabumi, tahun 2018-2023.

Prestasinya sebagai Wali Kota, dalam setahun mampu menyabet 88 penghargaan, 33 di tingkat nasional, dan 55 di tingkat Provinsi Jabar.

Itu belum termasuk 61 penghargaan di pemerintahannya, dan 27 penghargaan individual. Luar biasa!

“Ini baru permulaan, perjalanan masih panjang, dan ikhtiar demi Sukabumi yang religius, nyaman, dan sejahtera (RENYAH) terus dilakukan,” tuturnya.

“Doakan selalu, agar kebaikan dapat terus kami lakukan demi Sukabumi, demi anak cucu di masa depan,” pungkas Fahmi kala itu.

Inilah cita rasa kepemimpinan seorang kepala daerah sekelas Wali Kota, yang layak ditiru para pemimpin di negeri ini.

“Bekerja tanpa merasa lelah, melaju dengan semangat yang sama, membangun kota Sukabumi yang kita cintai,” begitu mottonya dalam bekerja.

Pemimpin yang menjalankan amanah, berlaku jujur serta fokus menata daerahnya, dan yang terpenting, tak perlu marah-marah apalagi sampai mempertaruhkan reputasi politiknya.

Wah… kalau pandai dan mengerti, serta memiliki jiwa kepemimpinan, tak perlu sampai sebegitunya, ya.

Seakan menampar wajah sendiri. Memarahi semua anak buah di depan semua orang. Alhamdulillah, untungnya Pak Achmad Fahmi, tidak begitu.

Sssst… sudah, sudah.

Jangan tanya dari partai mana dia berasal. Cukuplah kinerjanya saja yang kita ulas, jangan partainya.

Nanti ada yang alergi mendengarnya. Intinya ia Muslim yang baik, dan mampu mengelola kotanya dengan gemilang.

Hmm, masih penasaran juga? Haah…

“Ya sudah, sini kubisikin, tapi jangan bilang-bilang yaa… Janji? Oke?”

“Dia itu dari P K S…”