Rumah Proklamasi Milik Orang Arab dari Yaman

Rumah Proklamasi Milik Orang Arab dari Yaman

Ngelmu.co – Tepat pada 75 tahun silam, 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Teks proklamasi tersebut, dibacakan langsung oleh Ir. Soekarno, di Jalan Pegangsaan Timur No 56.

Mungkin kita sudah sering membaca sejarah tentang Indonesia, mulai dari masa penjajahan, hingga berhasil meraih kemerdekaan.

Siapakah Pemilik Rumah Proklamasi?

Namun, sudahkah kita tahu siapa pemilik rumah yang menjadi tempat tinggal Bung Karno yang juga dijadikan sebagai tempat pembacaan teks proklamasi?

Rumah proklamasi itu adalah milik Faradj bin Said bin Awad Martak. Ia adalah seorang saudagar sukses keturunan Arab yang tinggal di Indonesia. Selain itu, beliau juga tercatat sebagai Presiden Direktur N.V Alegemeence Import-Export Handel Marba.

Pria kelahian Hadramaut, Yaman Selatan itu, adalah seseorang yang sukses pada masa itu. Kendati demikian, kekayaan tidak membuat dirinya lupa akan daratan. Bahkan, ia juga dikenal aktif berjuang untuk Indonesia dan membantu pejuang agar negeri ini segera merdeka.

Segala kekayaan yang dimilikinya, ternyata dipergunakan dengan baik untuk negeri ini. Tak segan-segan, ia memberikan sejumlah dana atau bahkan tanah kepada negeri ini agar cita-cita negeri ini bisa tercapai. Sebab baginya, mengabdi untuk negeri ini adalah kewajiban di samping dia tetap bekerja sebagai seorang pebisnis yang andal.

Menghibahkan Rumahnya Sebagai Bentuk Perjuangan

Salah satu bentuk perjuangan dari seorang Fadrj bin Said adalah menghibahkan rumahnya kepada para pejuang. Rumah di Pegangsaan Timur nomor 56, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat (yang kini bernama Jalan Proklamasi), adalah miliknya.

Beliau mengizinkan Bung Karno tinggal di sana pasca peristiwa Rengasdengklok terjadi. Waktu dini hari, sebelum pembacaan teks proklamasi berlangsung, Bung Karno dan golongan tua serta muda berkumpul di rumah tersebut.

Setelah naskah proklamasi dirumuskan, semuanya berkumpul dan menunggu saat yang tepat untuk melakukan proklamasi kemerdekaan. Semua orang datang ke sini meski sembunyi-sembunyi dari militer Jepang yang masih belum menerima kekalahannya dari sekutu.

Bung Karno Mengalami Sakit

Akan tetapi sebelum pembacaan proklamasi dikumandangkan, Bung Karno mengalami sakit yang cukup parah. Presiden pertama itu, mengidap penyakit beri-beri dan malaria.

Penyakit tersebut membuat dirinya terus lemas. Melihat kondisi sang proklamator itu cukup mengkhawatirkan, Faradj bin Said pun memberikan Bung Karno sebuah madu bernama sidr bahiyah, yang sangat berkhasiat.

Dengan madu tersebut, kesehatan Bung Karno lambat laun membaik. Ia mampu bertahan meski harus banyak istirahat demi memulihkan staminanya yang hilang. Beberapa waktu setelah kesehatannya membaik, Bung Karno akhirnya mampu mengumandangkan proklamasi kemerdekaan Indoesia dengan baik.

Di rumah yang dimiliki oleh Faradj bin Said, perubahan besar bagi negeri ini akhirnya berjalan dengan baik hingga Bung Karno memberikan ucapan terima kasih resmi kepada Faradj bin Said setelah menjadi presiden.

Membangun Masjid Besar

Faradj bin Said menghibahkan rumah miliknya itu bukan tanpa alasan, melain agar saksi sejarah bisa dikelola dengan baik oleh negara. Selain kediamannya, beliau juga pernah menghibahkan tanah dan membangun masjid besar Al-Azhar di Kebayoran Baru.

Mungkin Faradj bin Said tidak seterkenal pahlawan-pahlwan lainnya yang telah berjuang untuk negeri ini. Namun, perjuangannya yang diberikan untuk negeri ini tidaklah sedikit. Bahkan, Bung Karno pun mengagumi sosok pekerja keras ini.

Baca Juga: Hadiah Spesial dari Dua Seniman Palestina untuk HUT RI ke-75

Perlu diketahui, sejak tahun 1962, rumah tersebut sudah diratakan atas perintah Soekarno. Kemudian dibangun Gedung Pola lalu didirikan monumen Tugu Proklamasi. Sejak itulah Jalan Pegangsaan Timur berubah menjadi Jalan Proklamasi.