Hukum Sholat Tarawih di Rumah: Tata Cara, Niat, Bacaan, dan Keutamaan

Sholat Tarawih di Rumah

Ngelmu.co – Kurang dari sepekan, Ramadhan akan datang. Tak ada alasan untuk tidak bahagia dalam menyambutnya, sekalipun tahun ini pasti berbeda, karena adanya pandemi COVID-19. Akan sangat terasa, karena sholat tarawih pun dianjurkan untuk dilaksakanan di rumah, demi kebaikan bersama.

Namun, bagaimana hukum, tata cara, niat, bacaan, hingga keutamaan sholat tarawih di rumah? Mari kita bahas bersama.

Sholat tarawih merupakan sholat sunnah yang di-syariatkan pada malam hari di sepanjang bulan Ramadhan.

Tarawih merupakan bentuk jamak dari tarwiihah (ترويحة) yang artinya ‘waktu sesaat untuk istirahat’.

Disebut demikian, karena pada sholat tarawih terdapat waktu untuk beristirahat sejenak, khususnya setelah dua kali salam (empat rakaat).

Hukum Sholat Tarawih

Sunnah bagi Muslim laki-laki dan perempuan. Bahkan, jumhur ulama berpendapat, hukumnya adalah sunnah muakkadah, sunnah yang sangat dianjurkan.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُرَغِّبُ فِى قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ فِيهِ بِعَزِيمَةٍ فَيَقُولُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menganjurkan untuk mengerjakan sholat malam di bulan Ramadhan, tetapi tidak mewajibkannya.

Beliau bersabda: “Barangsiapa bangun pada malam bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan perhitungan dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,” (HR. Muslim).

Hukum Sholat Tarawih di Rumah

Awalnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mengerjakan sholat tarawih berjemaah dengan para sahabat.

Namun, kemudian Rasulullah menghentikannya, karena khawatir sholat tarawih dianggap wajib.

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ – رضى الله عنها أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – صَلَّى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِى الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلاَتِهِ نَاسٌ ، ثُمَّ صَلَّى مِنَ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ، ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوِ الرَّابِعَةِ ، فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِى صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِى مِنَ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلاَّ أَنِّى خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ

Dari Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sholat di masjid pada suatu malam, lalu orang-orang ikut sholat bersama beliau.

Malam berikutnya, beliau sholat lagi, dan orang yang ikut semakin banyak. Pada malam ketiga dan keempat, orang-orang berkumpul lagi, tapi Rasulullah tidak keluar untuk sholat bersama mereka.

Pagi harinya beliau bersabda: “Aku telah melihat apa yang kalian lakukan, dan tidak ada yang menahanku untuk keluar, kecuali kekhawatiranku akan di-fardhukannya sholat itu atas kalian,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sayyid Sabiq menerangkan dalam Fiqih Sunnah:

“Sholat ini boleh dikerjakan secara berjemaah, sebagaimana ia juga boleh dikerjakan secara sendiri-sendiri. Akan tetapi, jika ia dikerjakan secara berjemaah di masjid, maka ia lebih utama menurut jumhur ulama.”

Syaikh Abdurrahman Al Juzairi dalam Fiqih Empat Madzhab menjelaskan, jika dikerjakan di rumah, di-sunnahkan untuk tetap berjemaah.

“Apabila seorang pria melakukan sholat tarawih di rumahnya, maka di-sunnahkan baginya untuk mengajak semua anggota keluarga sholat bersamanya, secara berjemaah. Apabila ia sholat sendirian, maka ia telah kehilangan pahala sunnah berjemaah.”

Maka, boleh sholat tarawih di rumah masing-masing. Terlebih di tengah pandemi seperti saat ini.

Sholat tarawih di rumah, berjemaah dengan anggota keluarga, lebih utama. Sebagaimana imbauan MUI dan Mufti Agung Arab Saudi.

Dalilnya adalah hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ

“Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain,” (HR. Ibnu Majah).

Selain itu, juga ada hadits yang menjelaskan untuk tetap berada di rumah ketika terjadi wabah:

عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنِ الطَّاعُونِ فَأَخْبَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ كَانَ عَذَاباً يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ فَجَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ فَلَيْسَ مِنْ رَجُلٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِى بَيْتِهِ صَابِراً مُحْتَسِباً يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يُصِيبُهُ إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلاَّ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ

Dari Yahya bin Ya’mar, dari Aisyah ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tentang thaun, maka Nabiyullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan, ‘Sesungguhnya ia (thaun) adalah azab yang dikirim Allah, kepada siapa yang di-kehendaki-Nya. Lalu Allah menjadikannya rahmat bagi orang-orang yang beriman. Tidak seorang pun yang ditimpa thaun lalu tetap tinggal di rumahnya dalam keadaan sabar dan mengetahui tidak ada yang menimpa dirinya kecuali apa yang ditetapkan Allah untuknya, maka baginya seperti pahala mati syahid,” (HR. Ahmad).

Waktu dan Jumlah Rakaat

Sholat tarawih di-syariatkan pada malam bulan Ramadhan. Waktunya terbentang mulai setelah sholat Isya, hingga akhir malam.

Dikerjakan setelah sholat Isya, sebelum sholat witir (boleh dikerjakan setelah witir, tetapi tidak afdhal).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mengerjakan sholat tarawih delapan rakaat, lalu witir tiga rakaat.

Namun, waktunya lama, karena bacaan beliau yang panjang. Di masa Amirul Mukminin Umar bin Khattab, sholat tarawih dikerjakan dua puluh rakaat, ditambah witir tiga rakaat.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, bahwa jumlah rakaat tersebut merupakan ijma’ sahabat pada waktu itu.

Jadi, masalah jumlah rakaat sholat tarawih ini merupakan masalah furu’iyah yang para ulama memiliki hujjah sendiri-sendiri.

Sebagian ulama sholat tarawih delapan rakaat, karena berpegang pada hadits Aisyah yang menyebutkan sholat malam Rasulullah baik di bulan Ramadhan atau bulan lainnya tidak pernah lebih dari 11 rakaat.

Sebagian ulama sholat tarawih 20 rakaat, karena mengikuti kaum Muhajirin dan Anshar, yang juga dilakukan pada masa khalifah Umar.

Sebagian ulama lainnya, sholat tarawih 36 rakaat, karena mencontoh masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Menurut Ibnu Taimiyah, seluruh pendapat di atas bagus.

Imam Ahmad juga berpendapat, jumlah rakaat sholat tarawih tidak dibatasi; delapan rakaat boleh, 20 rakaat boleh, 36 rakaat juga boleh.

Keutamaan Sholat Tarawih

Sholat tarawih memiliki sejumlah keutamaan yang luar biasa, dan berikut empat di antaranya:

1. Mendapat Ampunan Allah

Secara khusus, sholat tarawih yang dikerjakan dengan ikhlas, akan mendatangkan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa bangun pada malam bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan perhitungan dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,” (HR. Muslim).

2. Sholat Sunnah Paling Utama

Sholat tarawih disebut juga sebagai qiyamu Ramadhan. Sholat malam di bulan Ramadhan, karenanya memiliki keutamaan sholat malam pada umumnya sebagaimana sabda Rasulullah:

أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ قِيَامُ اللَّيْلِ

“Sholat yang paling afdhol setelah sholat fardhu adalah sholat malam,” (HR. An Nasa’i).

3. Kemuliaan dan Kewibawaan

Orang yang membiasakan qiyamul lail, termasuk sholat tarawih, akan di-anugerahi Allah, kemuliaan dan kewibawaan.

وَاعْلَمْ أَنَّ شَرَفَ الْـمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ

“Dan ketahuilah, bahwa kemuliaan dan kewibawaan seorang mukmin itu ada pada sholat malamnya,” (HR. Hakim; hasan).

4. Kebiasaan Orang Shalih

Sholat malam merupakan kebiasaan orang-orang shalih terdahulu. Maka siapa yang mengerjakannya, ia pun dicatat sebagai orang-orang shalih, sebagaimana mereka.

“Biasakan-lah dirimu untuk sholat malam, karena hal itu tradisi orang-orang shalih sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari dosa,” (HR. Ahmad).

Tata Cara Sholat Tarawih di Rumah

Pada dasarnya, tata cara sholat tarawih di rumah tidak berbeda dengan di masjid, jika dikerjakan berjemaah bersama keluarga.

Namun, jika tidak memiliki keluarga, atau misalnya di rumah hanya suami istri, dan istrinya haid, maka dikerjakan sendiri (munfarid).

Jumlah rakaatnya boleh delapan atau 20. Secara umum, dikerjakan dua rakaat salam, dua rakaat salam.

Secara ringkas, tata caranya sama dengan sholat sunnah dua rakaat pada umumnya, yakni:

  • Niat
  • Takbiratul ihram, diikuti dengan doa iftitah
  • Membaca surat Al Fatihah
  • Membaca surat atau ayat Al-Qur’an
  • Ruku’ dengan tuma’ninah
  • I’tidal dengan tuma’ninah
  • Sujud dengan tuma’ninah
  • Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
  • Sujud kedua dengan tuma’ninah
  • Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
  • Membaca surat Al Fatihah
  • Membaca surat atau ayat Al-Qur’an
  • Ruku’ dengan tuma’ninah
  • I’tidal dengan tuma’ninah
  • Sujud dengan tuma’ninah
  • Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
  • Sujud kedua dengan tuma’ninah
  • Tahiyat akhir dengan tuma’ninah
  • Salam

Ulangi hingga empat kali salam untuk yang delapan rakaat. Setelah dua kali salam, hendaklah beristirahat sejenak, baru melanjutkan sholat kembali.

Niat Sholat Tarawih

Semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafadzkan niat bukanlah syarat. Artinya, tidak harus melafadzkan niat.

Namun, sebagian ulama selain madzhab Maliki, menjelaskan hukum melafadzkan niat adalah sunnah, dalam rangka membantu hati menghadirkan niat.

Sedangkan dalam madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat, karena tidak ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Demikian dijelaskan Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu.

Berikut lafadz niat sholat tarawih sebagai makmum:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا لِلَّهِ تَعَالَى

(Usholli sunnatat taroowihi rok’ataini ma’muuman lillahi ta’aalaa)

Artinya: Aku niat sholat sunnah tarawih dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta’ala.

Sementara lafadz niat sholat tarawih sebagai imam:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا لِلَّهِ تَعَالَى

(Usholli sunnatat taroowihi rok’ataini imaaman lillahi ta’aalaa)

Artinya: Aku niat sholat sunnah tarawih dua rakaat sebagai imam karena Allah Ta’ala.

Sedangkan lafadz niat sholat tarawih yang dilakukan seorang diri:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

(Usholli sunnatat taroowihi rok’ataini lillahi ta’aalaa)

Artinya: Aku niat sholat sunnah tarawih dua rakaat karena Allah Ta’ala.

Bacaan Sholat Tarawih

Rasulullah membaca surat-surat yang panjang dalam sholat tarawih, sehingga waktu sholatnya sangat lama.

Abu Dzar Al Ghifari meriwayatkan, sebagian sahabat khawatir tertinggal sahur, karena begitu lamanya sholat bersama Rasulullah.

فَقُمْنَا مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم حَتَّى خَشِينَا أَنْ يَفُوتَنَا الْفَلاَحُ. يَعْنِى السَّحُورَ

“Kami mengerjakan sholat bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sampai-sampai kami merasa takut tertinggal falah, yakni sahur.”

Menurut Qadhi Abu Ya’la, standar panjangnya bacaan sholat tarawih adalah satu juz per malam.

“Rasanya tidak baik jika bacaan Al-Qur’an, kurang dari satu kali khatam selama satu bulan. Sebab, tujuannya agar bacaan itu didengar oleh seluruh makmum. Namun, tidak baik juga jika lebih dari satu kali khatam, karena khawatir memberatkan makmum.”

Di masa sekarang, panjangnya bacaan perlu disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi jemaah.

Pasalnya, sholat tarawih dijalankan di rumah, maka perlu disesuaikan dengan kondisi makmum di rumah.

“Dalam sholat tarawih, sebaiknya imam membaca ayat-ayat pendek atau ringan, agar tidak memberatkan, terlebih jika waktu malamnya pendek,” terang Imam Ahmad.

“Berat ringannya tergantung kesiapan makmum.”

Baca Juga: ‘Target’ di Bulan Ramadhan

Demikian pembahasan Ngelmu, mengenai hukum, tata cara, niat, bacaan, hingga keutamaan sholat tarawih di rumah.

Semoga bermanfaat, dan kita semua dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk mendirikannya selama bulan Ramadhan, sekalipun pandemi COVID-19 belum usai.

Semoga Allah menurunkan pertolongan-Nya, menghilangkan virus Corona dari negeri kita, pun seluruh penjuru dunia. Aamiin allahumma aamiin.

Wallahu a’lam bish shawab.